Translate

Sunday, March 25, 2012

DALAM KASIH ADA MUJIZAT

Tahun 2008 tepatnya maret di munggu pertama hari minggu sore Adikku Lia(9) badannya demam selama 2hari hanya dirawat dirumah dengan minum obat yang dibeli di apotik. Karena tidak kunjung sembuh, Lia dibawa ke klinik 24jam pada rabu malamnya, Kata dokter Lia hanya radang, namun sampai hari esok suhu tubuh Lia tak kunjung menurun, malah semakin panas dan mimisan. akhirnya malam harinya Lia dibawa lagi ke klinik 24jam yang berbeda, kata dokter Lia Tipes. Keesokan harinya Lia di bawa ke puskesmas dekat rumah. 1 hari 1 malam Lia mendapat perawatan, karena kondisi Lia semakin parah, akhirnya Lia dibawa ke Rumah Sakit dekat sekolahku. Setelah sampai di rumah sakit, Lia mendapat perawatan dan dokter berkata bahwa Lia sakit DBD. Saat waktunya minum obat, Lia tidak bisa menelan obat tersebut, Lia malah memuntahkan obat tersebut, dan tidak lama kemudia kondisi Lia memburuk. Lia mengalami kejang-kejang dan akhirnya Lia di pindahkan ke ruang HCU.
Sepulang sekolah aku langsung ke Rumah Sakit. saat aku ingin masuk ruangan anak-anak, mama dan tante memanggilku. Dengan wajah penuh kesedihan, mama memberitahuku, kalau adikku dirawat di ruang HCU. Di saat itu hatiku merasa hancur. Setelah cuci tangan dan kaki aku masuk ke ruangan itu. Aku dapati Lia, adiku yang riang, pintar, tidak bisa diam, harus terkapar di tempat tidur. Dengan kondisi, perutnya yang membesar dan keras,seluruh tubuhnya dipasang alat-alat bantu, bahkan untuk makan dan minum obatpunpun Lia harus melewati selang yang dimasukan lewat hidungnya. Melihat Lia hatiku benar-benar hancur, air mata ingin mengalir keluar tapi aku slalu tahan. Sampai akhirnya air mata itu keluar saat Lia di doakan oleh tim doa dari Rumah sakit tersebut.
Saat itu muncul rasa bersalahku pada Lia, karena sebelum Lia sakit aku slalu menjaili Lia, sampai membuatnya menangis dan kesakitan. Dan perasaan marah pada Tuhan “kenapa harus Lia yang mengalami itu semua”. Dirawat di ruang HCU, tidaklah membuat kondisi Lia lebih baik, kondisi Lia semakin parah dan akhirnya Lia dibawa ke ruang ICU pada hari sabtu sekitar jam 7 sore. Aku yang datang lagi ke RS bersama teman-teman gereja setelah selesai kebaktian pemuda di gereja, terkejut. Ketika memasuki ruangan di pintu utama kedua yang melewati ruangan ICU. Aku melihat beberapa saudaraku, dan teman-teman gereja lainnya ada disitu, dan mama memberitahu kepada ibu gembala sidang dan ketua pemuda yang datang bersamaku waktu itu bahwa Lia dirawat diruang ICU. Dalam hati aku kaget. Saat itu sudah sekitar jam setengah sembilan malam dan jam besuk untuk ruang ICU sudah berakhir, namun atas beberapa pertimbangan dari pihak RS teman-teman pemuda diizinkan masuk satu persatu. Mujizat terjadi,Penurunan drastis trombosit dan kekurangan cairan yang dialami Lia,yang seharusnya Lia mengalami koma, namun lia tidak koma, walaupun tubuhnya lemah, kesadaran Lia cukup baik saat itu, dan membuat perawat di ruang ICU salut dengan Lia. Kami sekeluarga besar terus memantau kondisi Lia, mama dan ayah tidak hentinya menanyakan perkembangan kondisi Lia, Puji Tuhan kondisi lia sudah ada kemajuan walaupun sedikit. Dari pihak RS memberi pilihan untuk Lia tetap ditangani oleh dokter sekarang atau ganti, dan mama memutuskan untuk mengganti dokter, tidak tanggung-tanggung mama memilih dokter spesialis anak yang jelas itu mahal. Tapi mama pesan, tidak peduli semahal apapun harus membayar dokter tersebut yang penting anakku selamat.
Kondisi Lia saat itu tidak hanya mengejutkan ku dan keluarga namun juga mengejutkan semua orang yang mengenal Lia. Lia yang dal sehari-harinya adalah seorang anak periang, lincah, mampu bergaul dengan siapa saja mulai dari yang muda sampai yang tua, smart, pintar berbicara, harus terbaring ditempat tidur dengan kondisi seperti itu.
Semakin lama kondisi Lia semakin membaik sampai akhirnya lusanya Lia sudah dapat dipindahkan ke ruang anak biasa. Kata dokter, kalau kondisi Lia semakin membaik, Lia bisa pulang 2-3hari lagi. Disaat kondisi Lia semakin membaik, tiba-tiba tengah malam hari kamis Lia kejang-kejang lagi, dan Puji Tuhan tidak apa-apa, dan Liapun kembali kejang-kejang sekitar jam 4 paginya. Aku yang saat itu tidur dirumah dan sedang belajar untuk mempersiapkan Ulangan MID, sudah memiliki firasat jelek, dan itupun benar, sekitar jam setengah 5 telepon rumah berbunyi dan itu dari Om,yang berpesan aku disuruh ke RS. Bersama kakak dan tante aku ke RS. Sesampainya RS, kami sibuk. Karena ruangan HCU penuh Lia dibawa keruangan yang masih kosong lainnya untuk perawatan intensif. Saat yang membuat kami benar-benar khawatir dan sedih saat Lia sudah tidak bernafas lagi, sekujur tubuh Lia sudah mulai membiru dan dingin. Kami hanya bisa duduk dijalan bersatu tangan berdoa untuk kesembuhan Lia. Mama dan Ayahpun tidak berhenti untuk berusaha. Mama membisikan kata-kata ditelinga Lia terus menerus, yang intinya “mama sayang Lia, dan menyuruh Lia bangun”sementara ayah terus memijat kaki tangan Lia. Satu jam lebih Lia tidak bernafas, dan kami juga tidak berhenti berusaha untuk membuat Lia sadar kembali. Usaha kamipun didengar Tuhan, Tuhan yang telah menyelamatkan Lia,Lia akhirnya sadar dan untuk perawatan lebih intensif, Lia dibawa ke ruang ICU. Ditengah kelegaan karena Lia sudah mampu melewati kondisi yang berat tersebutmama dan ayah binggung bagaimana cara mendapat uang untuk membayar sisa biaya obat dan perawatan Lia saat itu, disaat ayah dan mama sudah tidak memegang uang. Ditengah kebinggungan itu Tuhan turun tangan. Melalui kakak  mama yang memberikan uang untuk biaya RS Lia, akhirnya uang kekurangan tersebut dapat ditutup. Tidak disitu saja, Tuhan memberikan mujizat. Karena mama memilih dokter spesialis anak dari Luar yang paling baik, yang tentunya membayarnya cukup mahal,dokter itu tidak mau dibayar.
Walaupun saat itu adalah saat yang membuat kami tenggang. Namun lewat kejadian tersebutlah kami merasakan banyak mujizat dari Tuhan. Dimana keluarga kami yang terpencar,karena Lia sakit sebagian besar keluargaku datang ke Semarang dan berkumpul bersama.bahwa mujizat pasti terjadi jika kita benar-benar percaya dan mengimani apa yang kita percaya, karena Tuhan tak pernah tinggalkan kita.Tuhan menjamah hati kami sekeluarga, untuk tetap dan lebih setia lagi melayani Tuhan.
Inilah berkat cerita hidupku yang bisa aku bagikan, dan percayalah bahwa Tuhan tak pernah tidur, dan pertolongan Tuhan tak pernah terlambat. Tuhan memberkati J

0 komentar: