Translate

Tuesday, August 7, 2012

6 PERUSAHAAN RAKSASA USA YANG SEKARAT

Banyak perusahaan Amerika yang dipuji karena bisa melesat ke puncak dalam waktu singkat. Mereka yang tadinya pemain kecil jadi pemimpin di bidang industrinya masing-masing. 
Perusahaan ini dikenal karena inovasi, pertumbuhan fenomenal dan harga sahamnya yang luar biasa. Ambil contohnya, Google dan Apple.
Lalu di sisi lain, ada juga perusahaan yang bernasib sebaliknya. Dari yang tadinya pemimpin pasar, pelan-pelan menyusut, bangkrut atau lenyap tak berjejak. Tambahan baru dalam daftar perusahaan sejenis ini contohnya: induk perusahaan American Airlines, Borders dan Eastman Kodak.
Di antara sekian banyak perusahaan AS yang sedang jatuh, ada beberapa yang masih berjuang untuk bertahan hidup. Mungkin bisnis mereka masih bisa eksis untuk beberapa tahun bahkan puluhan tahun setelah masa kejayaan. 
Para eksekutif berjuang menemukan strategi yang lebih baik dan seringkali jajaran direksi mencari manajemen baru. Namun kesempatan mereka untuk bangkit semakin sulit seiring kompetitor yang sudah lebih banyak menguasai pasar dan produk atau jasa mereka sudah tidak diinginkan lagi oleh konsumen. 24/7 Wall St. telah mengompilasi daftar perusahaan-perusahaan AS yang tidak akan bisa bangkit lagi.
Beberapa nama mungkin Anda kenal dengan baik dan ingat bahwa dulu mereka sempat memimpin pasar. Perusahaan-perusahaan yang dianalisa oleh 24/7 Wall St. sebagian besar ada di S&P 500, kehilangan hampir sebagian besar pangsa pasarnya, harga sahamnya anjlok tajam dan mencatat penurunan pendapatan signifikan. Hampir semuanya baru saja kehilangan uang.
Masing-masing perusahaan telah mengalami penurunan harga saham hingga 50% dalam lima tahun terakhir. Mereka punya kompetitor yang telah membangun penguasaan pasar baru dan sangat menguntungkan hingga sulit untuk ‘dikalahkan’.
Apa saja keenam perusahaan besar AS yang tidak akan bisa bangkit ke masa kejayaannya lagi? Berikut ini daftar lengkapnya, seperti dilansir dari 24/7 Wall St, 


6. Bank of America
Bank of America (BoA) saat ini terbentuk dari serangkaian mega-merger dan akuisisi yang dirancang oleh CEO Ken Lewis, termasuk pembelian FleetBoston pada 2003 dan raksasa kartu kredit, MBNA pada 2005.
Lewis berhasil membuat BoA sebagai bank terbesar di AS berdasarkan jumlah deposito pada 2007. Namun kemudian Lewis mulai ‘kelewatan’. Ketika sistem keuangan hampir kolaps pada 2008, BoA membeli bank hipotek yang nyaris bangkrut – Countrywide Financial pada Januari dan bank investasi bermasalah – Merrill Lynch pada September.
Setelah itu, masalah keuangan BoA berlipat ganda dengan cepat hingga mereka terpaksa mengambil uang TARP lebih besar daripada bank besar AS lainnya, US$ 45 miliar.
Lewis kemudian digantikan oleh Brian Moynihan, yang sayangnya malah memperburuk situasi. JPMorgan Chase & Co. ‘mencopot’ titel BoA sebagai bank terbesar di negeri Paman Sam. Terus menerus merugi, terutama disebabkan oleh warisan pinjaman Countrywide, membuat BoA mengumumkan rencana pengurangan lebih dari 30.000 pegawai. Pada akhir 2011, gugatan kelas aksi sebesar US$ 50 milyar mengenai akuisisi Merrill Lynch diajukan.
BoA juga menjadi target beberapa gugatan penipuan hipotek dan memasuki tahap penyelesaian yang menyebabkan BoA dan empat bank besar AS lainnya harus membayar US$ 25 miliar. BoA masih menghadapi masalah hukum dan neraca keuangan yang mungkin memaksanya harus mengumpulkan dana segar sekitar puluhan miliar dolar AS.
Paparan BoA terhadap pasar real estate AS yang lemah juga tak tertandingi dibandingkan dengan bank-bank lain. Hasil keseluruhannya, BoA ini terlalu besar untuk bangkrut tapi juga tak mungkin ‘berlari’ lagi dengan ‘kaki’ yang sudah terseok-seok.


5. Zynga
Anda mungkin terkejut menemui nama Zynga di daftar ini. Sebagai salah satu perusahaan game sosial terbesar, pendapatan Zynga melesat dari US$ 19,4 juta pada 2008 menjadi US$ 1,14 miliar tahun lalu. Namun Zynga menghabiskan cukup banyak uang untuk mencapai puncaknya di industri game sosial dan kehilangan US$ 404 juta tahun lalu.
Para investor tertarik dengan Zynga karena game-gamenya terikat dengan platform Facebook yang saat ini memiliki sekitar 1 miliar anggota. Kesuksesan model ini sungguh luar biasa. Dalam laporan triwulan terakhir, Zynga mengatakan punya 192 juta pengguna unik bulanan atau naik 27% dari triwulan yang sama tahun lalu.
Namun Zynga kehilangan US$ 23 juta dalam pendapatan triwulan terakhir yang mencapai US$ 332 juta. Pada triwulan yang sama tahun lalu, Zynga hanya kehilangan US$ 1 juta dari pendapatan US$ 279 juta.
Tingkat pertumbuhan Zynga tidak lagi mengesankan dan masalah yang dihadapinya saat ini akan segera makin memburuk. Baru-baru ini Zynga menurunkan outlook-nya sebagai efek tertundanya peluncuran game baru dan penurunan pesat jumlah pengguna game web yang sudah ada.
Masalah Zynga yang sebenarnya lebih kompleks dan lebih permanen daripada penundaan dan penurunan jumlah pengguna. Pasar game semakin terfragmentasi dari hari ke hari. Jumlah game virtual terus tumbuh dan beban Zynga untuk mempertahankan kepemimpinannya semakin tinggi hingga sulit dilalui.


4. Dell
Dell, bersama-sama dengan Hewlett-Packard, Compaq dan Gateway merupakan salah satu perusahaan yang dikapitalisasi melalui terciptanya platform umum PC IBM. Dulu Dell tumbuh pesat berkat penjualan PC murah. Namun lingkungan usaha sudah berubah drastis.
Pertama, bisnis penjualan komputer Dell hancur gara-gara keputusan manajemen yang buruk dan meningkatnya kemunculan manufaktur baru dari Asia yang secara signifikan meraup penguasaan pasar Dell. Apalagi sekarang, ketika sektor smartphone dan tablet PC berkembang gila-gilaan.
Semua produsen PC baik Asia dan Amerika menghadapi tantangan penetapan harga yang substansial saat ini. Seiring komputasi mulai bergesar dengan cepat ke alat-alat mobile, jumlah permintaan akan komputer pun anjlok. Dell tidak beradaptasi, tidak melakukan diversifikasi seperti IBM dan ketergantungannya terhadap penjualan PC membuat perusahaan ini mengarah ke ketidakrelevanan.


3. The New York Times Co.
The New York Times Co. sudah lama menjadi perusahaan koran harian terdepan di AS, tapi pelan-pelan mereka mulai menyusut. Sepuluh tahun lalu, NYTC berhasil meraup laba US$ 300 juta dari total pendapatan US$ 3,1 milyar. Tahun lalu, koran ini kehilangan US$ 20 juta dari pendapatan US$ 2,3 milyar.
Kegagalan utama NYTC adalah mereka tidak cukup cepat beralih ke online untuk mengompensasi erosi besar-besaran di periklanan cetak. Sikap keras kepala NYTC inilah yang membuat mereka dikalahkan oleh The Huffington Post, Google News, MSN, AOL dan Yahoo.
Saat ini, kapitalisasi pasar NYTC adalah US$ 1,2 miliar dengan pendapatan US$ 2,3 miliar pada 2011. Bandingkan dengan agregator konten yang lebih rendah - Demand Media yang memiliki kapitalisasi pasar US$ 865 juta dan pendapatan US$ 325 juta pada 2011. Demand kehilangan US$ 13 juta tahun lalu.
Apa alasan nilai pasar dua perusahaan ini begitu dekat? NYTC masih bergantung pada bisnis percetakannya yang sekarat untuk pangsa pendapatan utamanya. Mereka juga tidak berada di posisi keuangan yang bisa melakukan gerakan lebih agresif untuk pindah ke internet atau membeli properti online besar.
Keunikan The New York Times dibanding koran-koran AS lainnya adalah kualitas konten redaksionalnya dan porsi pegawai paling besar adalah staf redaksi (NYTC sempat mengurangi 100 pegawai pada 2009, atau sekitar 8% dari newsroom). Namun NYTC belum bisa menunjukkan pertumbuhan yang cukup mengesankan, bahkan dengan upaya berlangganan digital yang ditawarkannya secara intensif.

2.Groupon
Groupon sepertinya tidak masuk sebagai kandidat perusahaan yang masa jayanya sudah lewat. Tapi harga sahamnya sudah anjlok lebih dari 70% sejak IPO pada November 2011. Permasalahan utama Groupon adalah bisnis kupon online yang dipionirinya menjadi bisnis komoditas sekarang. Amazon dan peritel besar lainnya tidak terlalu sulit memasuki sektor tersebut.

Groupon melesat pada 2011 ketika berhasil meraup pendapatan di atas US$ 1,6 miliar dibanding pada 2009 yang hanya US$ 15 juta. Namun Groupon harus membayar mahal untuk pertumbuhan sepesat itu. Groupon kehilangan US$ 675 juta selama dua tahun berturut-turut sebelum pajak dan bunga. Pendapatan Groupon terus bertumbuh, tapi kerugian mereka juga ikut bertambah.
Triwulan II 2012, Groupon mencatat kerugian US$ 147 juta, jauh lebih buruk dibanding kerugian setahun lalu yakni US$ 12 juta. Kompetitor baru Groupon sudah mereplika sebagian besar taktik Groupon dengan cepat. Pesaing utamanya, LivingSocial memiliki 7,2 pengunjung unik tahun lalu dibandingkan dengan Groupon yang memiliki 11 juta pengguna unik menurut firma periset industri online Comscore.
Google sudah masuk ke sektor bisnis ini dengan produk yang dinamakan Google Offers. Ini adalah musuh baru sekaligus yang paling berbahaya untuk Groupon selain 33 kompetitor langsung lainnya menurut daftar VentureBeat.


1. Advanced Micro Devices (AMD)
AMD merupakan kompetitor utama Intel lima tahun lalu. Namun laporan triwulan II 2012 AMD menunjukkan seberapa dalam mereka telah jatuh. Pendapatan year-on-year anjlok 10% menjadi US$ 1,4 miliar. Pada 2007, AMD menguasai sekitar 24% pasar chip PC dan server. Tahun lalu, penguasaan pasar AMD berkurang menjadi 19%.
Selain itu, ada satu masalah terbesar AMD. Pada 2006, mereka membeli produsen chip grafis ATI senilai US$ 5,4 miliar. Pada saat itu, langkah yang diambil AMD terasa masuk akal. Produsen PC lebih banyak menggunakan chip ATI dalam mesinnya dan AMD harus menyamakan langkah dengan Intel dan produsen chip grafis Nvidia.
Namun pembelian ATI tidak banyak membantu AMD, malahan membuat perusahaan ini tersandung tumpukan utang. Pada 2007, AMD meraup pendapatan US$ 6 miliar sedangkan Intel meraup US$ 38,3 miliar. Tahun lalu, pendapatan AMD berhasil naik menjadi US$ 6,6 miliar sementara Intel semakin jauh melesat ke US$ 54 miliar.
AMD telah berganti tiga CEO dalam lima tahun terakhir demi mencari strategi terbaik memicu pertumbuhan. Tantangan terbesar AMD kurang lebih sama dengan pasar PC karena permintaan sekarang beralih ke tablet dan smartphone, dimana Samsung, Qualcomm dan ARM Holdings mendominasi. Sementara di sektor tersebut, tidak bisa ditemukan satu pun produk AMD






0 komentar: